Thursday, December 25, 2014

Tugas Ilmu Budaya Dasar

 Denvy Ramadi Putri
        12214716
          1EA05

Seminar

 

 

Judul                  
 ''Pendayagunaan Literasi Informasi untuk Menghadapi AFTA 2015''
Pembicara Utami B.R Hariyadi M.Lib.,M.Psi (Dosen Ilmu Perpustakaan Dan Informasi)Sari Meutia, MBA (CEO Mizan Publishing House)Kris Sandhi Soekartawi (Technical Officer, External Economic Relation Division, Market Integration Directorate, ASEAN Economic Community Department
Waktu & Tempat 09.35-11.35 @ Auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu dan Budaya

Monday, December 1, 2014

Tugas Ilmu Budaya Dasar

 Denvy Ramadi Putri
  12214716
   1EA05

 

Rapunzel

Brothers Grimm


Pada suatu masa, hiduplah sepasang suami-istri yang sangat menginginkan kehadiran seorang anak, tetapi belum mendapatkan anak seorangpun. Di belakang rumah mereka ada sebuah jendela kecil yang mengarah ke sebuah taman indah yang di tutupi dengan tembok besar dan tak seorangpun berani masuk ke dalam taman tersebut karena taman tersebut adalah milik seorang penyihir yang sangat ditakuti.
Pada suatu ketika saat sang istri berdiri di jendelanya dan melihat ke taman, dia melihat sebuah hamparan kebun yang penuh dengan bunga rampion yang terlihat begitu segar dan hijau sehingga ia menginginkannya teramat sangat. Setelah beberapa hari, karena kecewa dan tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan rampion tersebut, ia menjadi sakit dan pucat. Suaminya menjadi cemas dan bertanya, “Ada apa istriku?”. “Ah” jawab istrinya, “jika saja saya bisa mendapatkan rampion dari taman di sebelah rumah.” Si suami yang begitu mencintai istrinya berpikir, “ Apapun yang terjadi, saya harus membawakan rampion untuk istriku.” Maka saat hari menjelang malam, dia pun memanjat dinding taman, cepat-cepat mengambil rampion dan membawanya ke istrinya. Istrinya kemudian membuat salad (sayuran) dan memakannya dengan rasa senang. Istrinya sangat menyukai rampion itu sehingga ia meminta suaminya untuk membawakan dia rampion tiga kali lebih banyak dari sebelumnya.
Sang Pangeran meminta Rapunzel untuk mengulurkan rambutnya ke bawahSuaminya sekali lagi harus masuk ke kebun. Dalam kegelapan malam, ia memanjat dinding, dan saat itulah sang Suami dihinggapi rasa takut karena ia melihat si Penyihir telah berdiri di depannya ."Kamu sungguh berani," katanya dengan marah, "masuk ke kebun saya dan mencuri rampion saya? Kamu akan menderita karena itu!"
"Ah," jawab si Pria malang ini, "Ampunilah saya. Saya hanya melakukannya karena terpaksa. Istri saya melihat rampion Anda dari jendela, dan memiliki keinginan untuk memakannya."
Kemudian si Penyihir yang menjadi sedikit reda amarahnya, berkata kepadanya, "Jika benar seperti yang kamu katakan, saya akan memperbolehkan kamu untuk mengambil rampion sebanyak yang kamu mau, dengan satu syarat, kamu harus memberikan saya anak yang dilahirkan oleh istrimu nanti. Saya akan memperlakukan anak itu dengan baik, dan saya akan berlaku bagaikan seorang ibu untuk anak itu".
Pria malang yang ketakutan ini, menyetujui segala persyaratan si Penyihir, dan ketika bayinya lahir, si Penyihir muncul, memberi nama Rapunzel pada bayi itu, lalu membawanya pergi.
Rapunzel tumbuh menjadi anak yang sangat cantik. Ketika dia berusia dewasa, si Penyihir mengurungnya di sebuah menara yang terletak di hutan, dan tidak memiliki tangga ataupun pintu, kecuali sebuah jendela kecil. Ketika si Penyihir akan naik ke menara, dia akan berdiri di bawah dan berkata:
"Rapunzel, Rapunzel,
Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."
Rapunzel yang memiliki rambut yang sangat panjang dan indah seperti benang emas, ketika mendengar suara penyihir, dia akan melepaskan ikatan rambutnya, menggulungnya pada sebuah kaitan di jendela, kemudian membiarkan rambutnya terulur turun ke bawah, dengan begitu si Penyihir bisa naik ke atas menara.
Setelah satu-dua tahun tinggal di menara, seorang pangeran, berkuda menyusuri hutan dan tiba di dekat  menara. Saat itu sang Pangeran mendengarkan sebuah lagu yang begitu merdu sehingga dia hanya bisa berdiri terdiam dan mendengarkan lagu tersebut. Lagu itu dinyanyikan oleh Rapunzel yang dalam kesendiriannya melewatkan waktunya dengan menyanyikan lagu merdu. Pangeran menjadi sangat ingin untuk naik ke atas menara, dan dia pun mencari pintu menara, tetapi tidak ada satupun pintu yang dapat ditemukan olehnya. Dia lalu berkendara untuk pulang ke rumah, tetapi nyanyian Rapunzel sangat menyentuh hatinya, karena itu, setiap hari ia pergi ke hutan dan mendengarkannya. Suatu waktu, ia berdiri di belakang sebuah pohon, ia melihat si Penyihir yang datang ke sana, dan dia pun mendengarkan penyihir tersebut berkata,
"Rapunzel, Rapunzel,
Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."
Kemudian Rapunzel mengulurkan rambutnya turun, dan si Penyihir pun naik keatas.
"Jika itu adalah cara untuk naik ke atas, saya akan mencobanya nanti," katanya dalam hati, dan pada hari berikutnya, ketika hari mulai gelap, ia pergi ke menara dan berkata:
"Rapunzel, Rapunzel,
Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."
Segera setelah Razunzel mengulurkan rambutnya, sang Pangeran pun naik.
Pada awalnya Rapunzel sangat ketakutan ketika dia melihat seorang pria yang tidak pernah dilihatnya, tetapi  pangeran berbicara dengannya dengan halus layaknya seorang teman, dan mengatakan bahwa hatinya tidak tenang apabila dia tidak melihat Rapunzel setelah mendengarkan Rapunzel menyanyi. Kemudian Rapunzel pun kehilangan rasa takutnya, dan ketika sang Pangeran bertanya apakah dia bersedia untuk menjadi suaminya, Rapunzel melihat bahwa sang Pangeran yang muda dan tampan, dia pun berpikir,"Pangeran ini akan menjadi suami saya dan akan mencintai saya melebihi cinta ibu angkat saya," Rapunzel pun mengiyakan sang Pangeran, dan berkata,
"Aku rela untuk pergi bersama Anda, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya untuk turun. Bawakanlah saya sebuah gulungan sutra setiap kali Anda datang, dan aku akan menenun sebuah tali dengan sutra tersebut, dan ketika tali tersebut siap, saya akan turun, dan Anda bisa membawa saya ke istana Anda."
Mereka berdua sepakat bahwa sang Pangeran akan datang kepadanya setiap malam, karena si Penyihir tua selalu datang di siang hari. Si Penyihir tidak pernah mengetahui apa pun tentang hal ini, sampai suatu saat, Rapunzel berkata kepadanya,"Katakan kepadaku, bunda, mengapa saat saya menarik Anda naik, Anda jauh lebih berat dibandingkan sang Pangeran?"
Dalam sekejap si Penyihir menjadi marah dan berkata "Ah! saya pikir saya telah memisahkan kamu dengan dunia luar, namun kamu telah mengelabui saya!" Dalam kemarahannya dia mencengkeram rambut Rapunzel yang panjang, melilitkannya pada tangan kirinya, mengambil sebuah gunting, dan snip, snip, memotong rambut tersebut sehingga rambut indah itu tergeletak di lantai. Dan dia pun dengan kejam membawa Rapunzel yang malang ke sebuah gurun, di mana ia harus hidup dalam kesedihan dan kesengsaraan .
Pada hari yang sama, setelah mengusir Rapunzel, pada malam hari, si penyihir mengikat rambut yang ia potong tadinya pada kaitan jendela, dan ketika sang Pangeran berkata:,
"Rapunzel, Rapunzel,
Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."
Si Penyihir membiarkan rambut tersebut terulur turun. Saat sang Pangeran naik, ia tidak menemukan Rapunzel yang dicintainya di atas, yang dilihatnya hanyalah si Penyihir yang menatapnya dengan tatapan jahat.
"Aha !" si Penyihir pun mengejek ."Kau akan membawa pergi wanita yang sangat engkau cintai, tetapi sayang burung yang indah itu tidak lagi ada dan bernyanyi di sarangnya. Seekor kucing telah membawanya pergi, dan kucing ini juga akan mencakar matamu, sehingga kamu tidak akan melihat Rapunzel lagi selama-lamanya."
Sang Pangeran merasa terluka dan putus asa, ia pun melompat turun dari menara untuk meloloskan diri dari si Penyihir, tetapi duri di mana ia jatuh menusuk matanya dan ia pun menjadi buta seperti yang telah dikutukkan oleh si Penyihir. Ia pun berjalan dengan mata yang telah buta, tak tentu arah di dalam hutan, tidak makan apa-apa kecuali akar dan buah, dan tidak melakukan apapun kecuali meratap dan menangisi kehilangan istrinya yang tercinta.
Sang Pangeran berjalan tanpa arah dalam keadaan menderita selama beberapa tahun, dan pada suatu saat, tibalah ia di sebuah padang pasir di mana Rapunzel berada. Saat itu, sang Pangeran mendengar suara nyanyian yang sangat akrab didengarnya, dan ia pun berjalan menuju ke arah itu. Ketika sang Pangeran mendekat, Rapunzel yang melihatnya, langsung mengenalinya, memeluknya lalu menangis. Dua bulir air matanya turun membasahi mata sang Pangeran yang buta, dan seketika itu juga, sang Pangeran bisa melihat dengan jelas seperti sedia kala. Sang Pangeran pun membawa Rapunzel ke kerajaannya, di mana mereka tinggal dan hidup berbahagia selama-lamanya.





Sumber : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Rapunzel-131


Komentar : Menurut pendapat aya anugrah dari tuhan yang bermanfaat bagi orang lain jangan disimpan sendiri berbagilah dengan orang lain
 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05

DEFINISI TENTANG: WARNA



A.   PENGERTIAN DAN SEJARAH WARNA
Warna adalah Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (warna putih) yang merupakan pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda
Ilmu tentang warna disebut chromatics. Teori warna sudah dikembangkan oleh Alberti (1435) dan diikuti oleh Leonardo da Vinci (1490). Teori warna mulai mendapat perhatian serius setelah dikembangkan oleh Sir Isac Newton (1704).[2] Pada awalnya teori warna dikembangkan dengan warna dasar merah, kuning dan biru (Red, Yellow, Blue atau RYB). Pencampuran warna dari warna dasar tersebut banyak dipakai oleh para pelukis, percetakan dan lain-lain

Sir Isaac Newton
Percobaan yang dilakukan oleh Isaac Newton dengan prisma kaca bahwa cahaya putih terdiri dari warna  pelangi (warna spektrum)

J. C. Le Blon
Menemukan warna utama merah, kuning dan biru dari pigmen. Hal tersebut merupakan permulaan teori RYB atau “merah kuning biru” sebagai warna utama.
Hermann von helmholzt dan James Clerk Maxwell Mendasarkan warna pada cahaya matahari dan bertumpu pada hukum-hukum fisika.
Johann Wolfgang von Goethe Penggolongan warna menjadi dua warna utama yaitu kuning (berhubungan dengan kecerahan) dan biru (dengan kegelapan)

Michel Eugene Chevreul
Direktur utama perusahaan permadani di prancis ini mengembangkan teori ’merah kuning biru’. -The laws of simultaneous Contrast of color (1839). mencetuskan teori harmoni khususnya pada warna tekstil.

Sir David Brewster 
Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. - Lingkaran warna brewster dapat menjelaskan teori kontras warna  (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad
Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang diapancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Secara obyektif atau fisik, warna dapat diberikan oleh panajang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik.
Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dll.
Pemilihan warna adalah satu hal yang sangat penting alam menentukan respons dari calon pemakai/siswa. Warna dalah hal yang pertama dilihat oleh seseorang (terutama warna background). Warna akan membuat kesan atau mood untuk keseluruhan gambar/grafis. Warna merupakan unsur penting dalam grafis karena dapat memberikan dampak psikologis kepada orang yang melihat. Warna mampu memberikan sugesti yang mendalam kepada manusia. Dalam komunikasi grafis, penggunaan warna perlu ditata dan disusun dengan tepat sehingga menimbulkan suasana, mempengaruhi luas kehidupan manusia sekaligus sebagai lambing psikologis. Warna juga bersifat case sensitive meskipun secara universal penggunaan warna-warna di bidang komunikasi grafis telah diakui namaun warna erat kaitannya dengan latar belakang budaya bangsa atau komunitas tertentu yang mungkin memberikan penilaian berbeda untuk penggunaan warna-warna berbeda. Sebagai contoh, warna merah jarang digunakan untuk kemasan produk yang dijual di Saudi Arabia karena nilai budaya setempat meyakini bahwa warna merah adlah haram karena identik dengan darah.
Untuk mencapai deain warna yang efektif bisa dimulai dengan memilih warna yang bisa merepresentasikan tujuan daripada media komunikasi grafis yang dibuat. Pallet warna yang dibuat sebaiknya cocok dengan tujuan atau pesan yang ingin disampaikan. Sebagaimana misalnya Anda ingin mendesain media grafis untuk anak-anak TK, maka ada baiknya Anda memilih warna-warna serah untuk mebuat suasana ceria. Sementara untuk membuat situs komunitas dapat dipergunakan warna-warna hangat agar menimbulkan suasana yang lebih santai. Sebaliknya jika Anda bermaksud untuk menonjolkan penyajian informasi, di mana content akan mendominasi, maka sebaiknya dipergunakan warna-warna sederhana dan tidak mengganggu. Misalnya, jangan menggunakan background kembang-kembang dengan warna yang mencolok.
Dalam sebuah desain, komposisi warna sangat penting. Komposisi berarti to compose, yang berarti mengarang, menyusun atau mengubah. Johannes Itten dalam buku The Elements of Color 1970 pada halaman 91 menyatakan :
“Efek sebuah warna dalam komposisinya ditentukan oleh situasi karena warna selalu dilihat dalam hubungannya dengan lingkaran. Warna yang dikeluarkan dari lingkarannya akan memiliki kekuatan sendiri. Nilai-nilai kepentingan sebuah warna dalam komposisi tidak berdiri sendiri. Kualitas dan kuantitas keluasannya merupakan factor yang sangat menunjang.”
B.   TEORI TENTANG WARNA
Dalam seni rupa, warna merupakan unsur yang sangat penting karena warna bisa menjadi alat untuk berekpresi. Bicara tentang warna, banyak sekali ilmu yang bisa kita pelajari darinya. Oleh karena itu, pada bahasan ini kita akan mengupas beberapa hal dasar mengenai warna.
1. Teori Sir Isaac Newton (1642-1727)
Dari percobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila dilakukan pemecahan warna spectrum dari sinar matahari, akan dihasikan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu alias mejikuhibiniu. Warna-warna itu bisa ditangkap mata manusia pada saat ada pelangi.
2. Teori Kesehatan
Teori kesehatan menyatakan bahwa semua warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia adalah warna pokok.
3. Teori Brewster
Teori Brewster menyatakan bahwa warna pokok (primer) adalah warna yang dapat berdiri sendiri dan bukan merupakan hasil percampuran dengan warna lain. Sementara itu, warna yang berasal dari percampuran antara dua warna pokok deisebut warna sekunder. Warna pokok teridir dari warna merah, kuning, dan biru. Warna sekunder adalah warna hijau, jingga dan ungu. Warna hijau dihasilkan dari campuran warna biru dan kuning, sedangkan warna ungu diperoleh dari campuran warna merah dan biru.
Warna yang diperoleh dari percampuran antara warna primer dan warna sekunder disebut warna tertier. Rumus yang diperoleh dari Teori Brewster tersebut memampukan Herbert Ives untuk menciptakan lingkaran warna. Teori tersebut kemudian banyak diikuti orang, terutama mereka yang berkecimpung dalam bidang seni rupa.
4. Teori Munsell
Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standar warna untuk aspek fisik dan psikis. Teorinya menyatakan bahwa warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru, dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua, dan nila.
C.   PENGELOMPOKAN WARNA
Orang mengenal warna primer dan warna sekunder. Tiryssae Newton (1642-1727) menemukan hubungan antara cahaya matahari dan warna. Ia berhasil menguraikan cahaya matahari menjadi warna merah, jingga, kuning, biru, nilai, dan ungu. Di atas merah ada warna infra merah dan dibawah warna merah warna ungu ada ultra violet. Uraian warna tersebut dinamakan spectrum. Ahli grafis Jerman Le Blond (1730) menyederhanakan temuan Newton menjadi 3 warna pokok, yaitu merah, kuning dan biru yang dinamakan warna primer.
Percampuran dua warna pokok disebut warna sekunder, yaitu merah dan biru menjadi ungu, merah dan kuning menjadi oranye, hijau dan ungu menjadi hijau ungu. Percampuran warna sekunder disebut dengan warna tersier, yaitu orange dan ungu menjadi orange ungu, orange dan hijau menjadi orange hijau, hijau dan ungu menjadi hijau ungu.
1. Warna Pokok (primer)
Warna primer adalah warna yang menjadi pedoman setiap orang untuk menggunkannya. Dalam penggunaannya warna pokok ada dua macam. Untuk grafis, yang dipakai adalah pigmen yang terdiri dari biru (cyan), merah (magenta), dan kuning (yellow). Pada foto dan grafis komputer, warna pokok cahaya terdiri dari red, green, dan blue (RGB). Dalam komputer, warna-warna yang pertama cyan, magenta dan yellow masih ditambahkan warna key (hitam) sehingga dikenal istilash CMYK. 

2.    Warna Sekunder
Warna sekunder merupakan percampuran antara warna primer.
a.     Merah + biru = ungu/violet
b.     Merah + kuning = oranye/jingga
c.      Kuning + biru = hijau
3.    Warna Tersier
Warna tersier merupakan percampuran antara warna sekunder dengan primer.
a.     Merah + ungu = merah ungu
b.     Ungu + biru = ungu biru
c.      Biru + hijau hijau biru
d.     Hijau + kuning = kuning hijau
e .    Kuning + oranye = oranye kuning

TEORI BREWSTER

            Teori Brewster adalah teori yang menyederhanakan warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna. Keempat kelompok warna tersebut, yaitu: warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Teori ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.
WARNA NETRAL

            Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

WARNA KOMPLEMENTER

            Warna komplementer adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru. 

WARNA SPLIT KOMPLEMENTER

            Warna split komplementer adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan 

WARNA TRIAD KOMPLEMENTER

            Warna triad komplementer adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°. 

WARNA TETRAD KOMPLEMENTER

            Warna tetrad komplementer disebut juga dengan double komplementer, adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°).

WARNA MONOKROMATIK

            Warna monokromatik merupakan perpaduan beberapa warna yang bersumber dari satu warna dengan nilai dan intensitas yang berbeda. Misal : hijau jika dikombinasikan dengan warna hijau dengan nilai dan intensitas yang berbeda akan menciptakan suatu perpaduan yang harmonis dan menciptakan kesatuan yang utuh pada desain.

WARNA POLIKROMATIK

            Warna polikromatik artinya beberapa warna yang digradasikan sampai putih.akromatik, artinya pergerakan warna dari hitam ke putih.

WARNA ANALOGUS

            Warna analogus merupakan kombinasi dari warna-warna terdekat. Misal : warna merah akan serasi dengan warna oranye, dan oranye akan terlihat harmonis dengan warna kuning. Begitu juga jika kuning dipadukan dengan hijau atau biru jika dipadukan dengan ungu, dan ungu jika dikombinasikan dengan pink. 
D.   DIMENSI WARNA

Dimensi warna merupakan sifat-sifat dasar dari warna itu sendiri. Menurut The Prang System, warna dibagi menjadi tiga dimesi, yaitu :

1.    Hue, berkait dengan panas-dinginya warna, termasuk didalamnya warna primer, sekunder dan tersier.

2.    Value, berkait dengan terang-gelapnya warna, menunjukkan kulitas sinar yang direfleksikan oleh sebuah warna atau menunjukkan gelasp terangnya warna, dilakukan dengan menambahkan warna putih atau hitam.

3.    Intensity, berkait dengan cerah-suramnya warna, menunjukkan kuat-lemahnya warna. Pengurangan intensitas dicapai dengan mencampur atau menambah warna murni dengan warna-warna setral seperti putih, hitam, abu-abu atau dengan warna-warna komplemen.
E. WARNA DALAM KOMPUTER

Di layar komputer mungkin terlihat warna yang menarik, saat dicetak/print mungkin warna tidak sesuai tampil di layar. Karena untuk aplikasi cetak hanya dipakai gabungan warna CMYK, sedangkan di layar monitor menggunakan RGB, HLS, Hexadesimal dll.

Di dunia komputer grafis banyak sistem/model warna, antara lain :
a.    RGB (Red Green Blue)
b.    CMYK (Cyan Magenta Yellow Black)
c.     HLS (Hue Lightness Saturation)
d.    LAB Color (Lightness A (green-red axis) B (blue-yellow axis)
e.     RGB Hexadecimal: missal :#FF0000

Dalam kebutuhan cetak dan printing, warna yang dipakai adalah sistem/model CMYK, sedangkan untuk tampil di layar monitor saja (missal :web, wallpaper, game, video) warna yang bisaa digunakan adalah RGB dan RGB Hexadecimal. Saking banyaknya warna, maka kita sulit mendapatkan warna yang sesuai dan disepakati banyak pihak. Oleh karena itu muncullah standar warna seperti Pantone, DIC, Toyo, Trumatch dll, untuk menyamakan persepsi warna dengan menggunakan kode angka.
G. RESPON PSIKOLOGI TERHADAP WARNA

Color express moods of nature, ungkapan Walter Sargent dalam bukunya The Enjoyment and use of color, mengatakan bahwa warna itu mengungkapkan keadaan/suasana alam.
Menurut Maitland Graves, dalam bukunya “The Art of color and design”, diketahui bahwa:
a.   Warna panas/hangat adalah: keluarga kunIng, jingga, merah.
      Sifat: positif, agresif, aktif, merangsang.
b.   Warna dingin/sejuk: keluarga hijau, biru, ungu
      Sifatnya: negative, mundur, tenang, tersisih, aman.
c.    Warna yang disukai mempunyai urutan seperti berikut:
      merah, biru, ungu, hijau, jingga, kuning.
     
Menurut F.S. Breeds dan SE, Katz warna merah lebih popular untuk wanita dan biru untuk pria. Wanita lebih sensitive daripada pria. Hal tersebut kemungkinan karena lebih banyak pria yang buta warna dibandingkan dengan wanita. Warna murni dan hangat disukai untuk ruangan sempit, sementara warna gelap n pastel digunakan untuk ruangan luas. Kombinasi warna yang disukai adalah warna kontras/komplemen, selaras analog atau nada, monokromatik.
I. WARNA DAN BUDAYA

a. Spanyol dan Venesia
Kaum elite dikuasai warna biru dan hitam

b. Cina
Lambang dinasti di Cina berbeda-beda. Warna dinasti Sung: coklat, dinasti Ming: hijau, Ching: kuning. Kaisarnya memakai warna biru bila sedang memuja langit, kuning waktu menyembah tanah, dan tinta merah waktu menandatangani surat-surat perintah.Warna kuning dianggap warna suci.Saat pertunjukan teater, orang suci ditampilkan dengan muka merah, orang jahat dengan warna putih, dan orang udik dengan warna hitam.Putih dilambangkan sebagai warna duka cita .Warna merah digunakan saat perayaan pernikahan dan pengantin wanitanya mengenakan pakaian berwarna merah.
c.     Barat
Di Barat warna putih digunakan untuk mempelai wanita, ketika pernikahan, sama hal nya dengan suku sunda.
d.    Yunani
Phytagoras melambandkan patung-patung wanita berpita. Pita putih melambangkan kesucian, pita merah melambanagkan cinta dan pengorbanan, pita biru melambangkan social dan integritas. Pada cerita Odyssey, baju ungu kemerahan melambangkan pengembaraan Odysseus.Pada lakon Illias, warna merah merupakan lambing peperangan berdarah dalam cerita tersebut. Mitologi yunani mengatakan, bahwa warna hijau melambangkan dewa Hermes (lambangnya biru), dan dewi Aphrodite(lambangnya kuning menjadi dewa Hermaphrodite(hijau)

e.     Indonesia
Warna bendera Indonesia berasal dari konsep, getah dan getih yang berwarna merah dan putih, yaitu zat cair yang mengalir dalm tubuh makhluk yang memberikan kehidupan. Lambang kehidupan yang menaglir terus menerusWarna merah keunguan disukai oleh raja-raja di masa lampau. Warna simbolik sifatnya dan tokoh pewayanangan kulit

f.     Sunda
Di sunda warna hijau identik dengan warna tokokh yang jahat dalam suatu cerita, salah satu contohnya adalh buta hejo (tokokh raksasa)

g.     Yogya
Di Yogya, kuning dipakai sebagai warna paying kebesaran Sultan Yogyakarta

h.    Mesir
Pada zaman mesir kuno, mahkota putih menghiasi osaris. Pendetra-pendeta menguunakan jubah putih untuk menyembah deewa Jupiter. Kuning dan emas melambangkan matahari, merah melambangkan pria, hijau lambing keabadian, ungu warna tanah, biru lambang akhirat dan keabadian. Biru dipakai oleh para pendeta, sebagai lambing kesucian dalam peradilan hokum. Osiris dilambangkan dengan warna hijau. Horus (anaknya) dilambangkan dengan warna putih. Set, dewa kejahatan berwarna hitam), Shu dewa yang emmisahkan langit dan bumi berwarna merah, dan Amen, dewa kehidupan berwarna biru.

i.      Asia
Di India, dewa brahmana dilambangkan dengan kuning, Siwa, dewa perusak dilambangkan dengan waermna hitam. Kuning merupakan lambang budha, Arah mata angin di cina dilambangkan dengan: Utaraà hitam, Selatan à merah, timur à hijau, baratà putih.Warna hijau abadi menunjukkan waktu, bangsa2 dilambangkan dengan dengan empat warna, merah (mesir), kuning (asia), putih (bangsa dari utara), hitam (negro).
K. Fungsi Warna
a. Warna pada karya seni rupa memiliki fungsi
1)    estetik,
2)    simbolik,
3)    ekspresi,
4)    ungkapan perasaan
5)    Personal expression

b. Warna pada karya desain:
1)    Fungsi praktis,
2)    estetik,
3)    simbolik
4)    Personal taste
 
Sumber :  http://senibudayasenirupaa.blogspot.com/2013/12/definisi-tentang-warna.html

Komentar : Menurut pendapat saya warna sangat di perlukan di dunia ini agar orang orang dapat berkreasi di bidangnya masing masing dengan menggunakan warna warna
 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05

Saat ku pejamkan kedua mataku
Dan kubayangkan
Di sampingmu 
Kurasakan slalu 
Hangatnya pelukmu Itu
Dan ku genggam lembut kedua tanganmu

Seakan takut kehilanganmu 
Kuingin selalu hatimu untukku
 

[Reff] 
Tak ada yang bisa 
Menggantikan dirimu
Tak ada yang bisa membuat diriku 
Jauh darimu...
 

[Reff]
Tak ada yang bisa 

Menggantikan dirimu 
Tak ada yang bisa menggantikan cintamu 
Tak ada yang bisa menggantikan hatimu 
Tak ada yang bisa membuat diriku 
Jauh darimu...

Sumber :  http://lirik.kapanlagi.com/artis/andra_and_the_backbone/tak_ada_yang_bisa

Komentar : Menurut pendapat saya lagu ini menceritakan tentang perasaan hati seorang pria yang sangat menyayangi dan mengasihi kekasihnya yang memberikan seluruh hatinya kepada wanita yang dicintainya 
 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05

"Shake It Off"


I stay out too late
Got nothing in my brain
That's what people say, mmm-mmm
That's what people say, mmm-mmm

I go on too many dates [chuckle]
But I can't make them stay
At least that's what people say, mmm-mmm
That's what people say, mmm-mmm

But I keep cruising
Can't stop, won't stop moving
It's like I got this music
In my mind
Saying, "It's gonna be alright."

'Cause the players gonna play, play, play, play, play
And the haters gonna hate, hate, hate, hate, hate
Baby, I'm just gonna shake, shake, shake, shake, shake
I shake it off, I shake it off
Heart-breakers gonna break, break, break, break, break
And the fakers gonna fake, fake, fake, fake, fake
Baby, I'm just gonna shake, shake, shake, shake, shake
I shake it off, I shake it off

I never miss a beat
I'm lightning on my feet
And that's what they don't see, mmm-mmm
That's what they don't see, mmm-mmm

I'm dancing on my own (dancing on my own)
I make the moves up as I go (moves up as I go)
And that's what they don't know, mmm-mmm
That's what they don't know, mmm-mmm

But I keep cruising
Can't stop, won't stop grooving
It's like I got this music
In my mind
Saying, "It's gonna be alright."

'Cause the players gonna play, play, play, play, play
And the haters gonna hate, hate, hate, hate, hate
Baby, I'm just gonna shake, shake, shake, shake, shake
I shake it off, I shake it off
Heart-breakers gonna break, break, break, break, break
And the fakers gonna fake, fake, fake, fake, fake
Baby, I'm just gonna shake, shake, shake, shake, shake
I shake it off, I shake it off

Shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off

Hey, hey, hey
Just think while you've been getting down and out about the liars and the dirty, dirty cheats of the world,
You could've been getting down to this sick beat.

My ex-man brought his new girlfriend
She's like "Oh, my god!" but I'm just gonna shake.
And to the fella over there with the hella good hair
Won't you come on over, baby? We can shake, shake, shake

Yeah ohhh

'Cause the players gonna play, play, play, play, play
And the haters gonna hate, hate, hate, hate, hate (haters gonna hate)
I'm just gonna shake, shake, shake, shake, shake
I shake it off, I shake it off
Heart-breakers gonna break, break, break, break, break (mmmm)
And the fakers gonna fake, fake, fake, fake, fake (and fake, and fake, and fake)
Baby, I'm just gonna shake, shake, shake, shake, shake
I shake it off, I shake it off

Shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off
I, I, I shake it off, I shake it off

Shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off

Shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off (you've got to),
I, I, I shake it off, I shake it off,
I, I, I shake it off, I shake it off


Sumber :  http://www.azlyrics.com/lyrics/taylorswift/shakeitoff.html

Komentar : Menurut pendapat saya lagu ini menceritakan tentang pengalaman pribadi yang di alami oleh setiap orang karna apapun yang kita lakukan pasti ada orang yang tidak mnyukainya baik itu perbuatan kita baik maupun buruk orang lain akan tetap menilai jadi lagu ini mengekspresikan tentang dirinya yang tidak perduli akan orang lain karna mereka akan terus melakukan apa yang ingin mereka lakukan tanpa perduli orang yang mereka rendahkan
 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05

Itik Buruk Rupa ( Hans Christian Andersen )

Dahulu kala, adalah sekelompok bebek yang tinggal di tepi sungai. Mereka terdiri terdiri dari Pak Bebek, Ibu Bebek, dan telur-telur bebek yang sedang dierami oleh Ibu Bebek. Suatu hari telur-telur itu menetas satu persatu. Pak Bebek senang bukan main, Ibu Bebek pun demikian. Sambil memperhatikan telur-telur yang menetas satu persatu, ia pun tersenyum dan memeluk satu persatu anak bebek yang sudah lahir itu. Namun pada telur yang terakhir menetas, yang keluar bentuknya sangat berbeda dengan saudara-saudaranya. Bila Ibu dan Pak Bebek berwarna kuning keemasan dan berparuh oranye serta berbunyi “Kweek..kweek..” maka anak bebek yang terakhir ini berbulu kehitaman dan berparuh kecoklatan, wajahnya tidak secantik saudara-saudaranya, dan suaranya pun berbeda, “Ooork..ooork…”

Pak dan Ibu bebek pun bertengkar hebat. Pak bebek merasa anak itu adalah hasil perselingkuhan Ibu bebek dengan mahluk lain, sedangkan Ibu bebek tidak terima dituduh seperti itu. Pak bebek pun pergi meninggalkan Ibu bebek. Sementara itu si bebek kecil yang buruk rupa tadi pun diejek oleh saudara-saudaranya yang lain.
 Namun demikian, si bebek kecil yang buruk rupa itu tetap mengikuti kemanapun induknya pergi, walaupun induknya tidak pernah sekalipun memperhatikannya. Semakin besar, semakin berbedalah dia dengan saudara-saudaranya yang lain, dan hal ini sangat memalukan bagi Ibu bebek. Apalagi si bebek buruk rupa ini ternyata tidak bisa berenag sebaik saudara-saudaranya yang lain. Pada suatu hari, saat sedang berenang bersama Ibu dan saudara-saudaranya, sang bebek buruk rupa ini tertinggal jauh di belakang.. Ia kemudian memanggil-manggil ibunya dengan suaranya yang jelek itu, namun tidak ada sahutan..
Akhirnya ia pun berenang menyusuri sungai untuk mencari keluarganya kembali, berhari-hari ia lalui tanpa menyerah, hujan angin ia terpa tanpa kenal lelah, hingga akhirnya ia benar-benar putus asa dan menangis sedih di sudut sungai… Tangisannya begitu meyayat hati, ia masih begitu kecil, belum mengerti mengapa ibunya meninggalkannya dan tidak pernah sayang padanya, padahal ia anaknya.. mengapa langit begitu kejam padanya… mengapa… tangisnya..
Tak lama, datanglah dua ekor bebek yang ajaibnya, sama buruknya dengan bebek buruk rupa itu, bahkan suaranya pun juga sama! Mereka mendatangi bebek kecil yang sedang menangis itu dan menghiburnya. Tak lama, datanglah induk mereka yang mencari kedua anaknya yang tiba-tiba menghilang, dan terlihatlah oleh bebek buruk rupa itu seekor angsa yang sangat cantik.. lehernya panjang… dan wajahnya menyiratkan kasih dan sayang…

Begitu melihat bebek buruk rupa itu, ia pun bertanya padanya:
“Wahai mahluk kecil,mengapa engkau menangis?”
“Saya kehilangan induk saya…” jawab si bebek sambil menangis.. “Induk saya tidak mau saya lagi..karena saya berbeda dengan saudara-saudara saya.. mereka cantik-cantik dan pandai berenang seperti saudara-saudara saya yang lain.. waktu baru lahir, saya sudah dibenci oleh ibu saya, karena saya tidak seperti mereka…dia tidak pernah menyayangi saya… katanya saya bukanlah anaknya…karena bulu saya tidak kuning keemasan seperti mereka… paruh saya tidak sama warnanya dengan mereka.. dan suara saya sangat jelek…Ibu selalu berkata bahwa saya adalah bebek yang salah lahir..”
“Wahai mahluk kecil, jangan menangis… memang benar kata Ibu kamu, kamu berbeda dengan saudara-saudaramu yang lain.. mereka memiliki apa yang tidak kamu miliki…dan sebaliknya kamu juga memiliki apa yang tidak mereka miliki…
Nah, sekarang lihatlah air yang mengalir di bawahmu, pandanglah wajahmu… lihatlah persamaan antara dirimu dan anak-anakku…”
Sang itik pun melihat pantulan dirinya sendiri di air dan mendapati bahwa dirinya ternyata sama dengan kedua anak itik tersebut…
“Ya… kamu bukanlah anak bebek… kamu adalah anak itik… memang saat ini rupamu buruk, tetapi aku yakin kelak kamu akan menjadi secantik aku… kemarilah nak, anggaplah aku ini Ibumu…”
Sang itik kecil itupun mendekati induk Angsa yang cantik dan merasakan kehangatan dibawah pelukan sayapnya yang penuh dengan kasih… ia pun tak lagi bersedih…
Kemudian sang itik kecil pun ikut bersama dengan induk angsa kemanapun mereka berenang, sekarang sebagai itik yang bangga, karena ia mempunyai keluarga yang menyayanginya… dan pada suatu kesempatan, ia berpapasan dengan keluarga bebek yang pernah membencinya, ia pun berasa bangga saat melewati mereka… dan anak-anak bebek itupun hanya terbengong-bengong saja melihatnya…




Sumber : http://dongeng1001cerita.blogspot.com/2012/12/itik-buruk-rupa.html


Komentar : Menurut pendapat saya jangan menilai sesuatu dari fisiknya saja karna berbeda diantara yang lain bukan suatu keanehan atau di jadikan suatu alasan untuk membencinya karna mungkin di tempat lain mereka lah yang lebih buruk dari apa yang mereka benci karna perbedaan itu

 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05

"A Song For Mama"


You taught me everything
And everything you've given me
I always keep it inside
You're the driving force in my life, yeah

There isn't anything
Or anyone that I can be
And it just wouldn't feel right
If I didn't have you by my side

You were there for me to love and care for me
When skies were grey
Whenever I was down
You were always there to comfort me
And no one else can be what you have been to me
You will always be
You will always be the girl in my life
For all times

[Chorus:]
Mama, mama, you know I love you
Oh you know I love you
Mama, mama, you're the queen of my heart
Your love is like tears from the stars
Mama, I just want you to know
Lovin' you is like food to my soul

You're always down for me
Have always been around for me
Even when I was bad
You showed me right from my wrong
Yes you did

And you took up for me
When everyone was downin' me
You always did understand
You gave me strength to go on

There were so many times
Looking back when I was so afraid
And then you come to me
And say to me I can face anything
And no one else can do what you have done for me
You'll always be
You will always be the girl in my life, ooh oh

[Chorus:]
Mama, mama, you know I love you
Mama, mama, you're the queen of my heart
Your love is like tears from the stars
Mama, I just want you to know
Lovin' you is like food to my soul

Never gonna go a day without you
Fills me up just thinking about you
I'll never go a day without my mama

[Chorus:]
Mama, mama, you know I love you
Mama, mama, you're the queen of my heart
Your love is like tears from the stars
Mama, I just want you to know
Lovin' you is like food to my soul 
 
 
Sumber :  http://www.azlyrics.com/lyrics/boyziimen/asongformama.html

Komentar : Menurut pendapat saya lagu ini sangat menyentuh pada bagian liriknya menceritakan tentang kecintaan dan rasa sayang seorang anak kepada ibunya dapat kita lihat bahwa tokoh si ibu dalam lirik tersebut sangat berarti bagi sang anak dia menganggap ibunya sebagai ratu di hatinya
 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05


Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari ( Jawa Tengah )


Pada jaman dahulu hidup seorang pemuda bernama Jaka Tarub di sebuah desa di daerah Jawa Tengah. Ia tinggal bersama ibunya yang biasa dipanggil Mbok Milah. Ayahnya sudah lama meninggal. Sehari hari Jaka Tarub dan Mbok Milah bertani padi di sawah.

Pada suatu malam, ditengah tidurnya yang lelap, Jaka Tarub bermimpi mendapat istri seorang bidadari nan cantik jelita dari kayangan. Begitu terbangun dan menyadari bahwa itu semua hanya mimpi, Jaka Tarub tersenyum sendiri. Walaupun demikian, mimpi indah barusan masih terbayang dalam ingatannya. Jaka Tarub tidak dapat tidur lagi. Ia keluar dan duduk di ambengan depan rumahnya sambil menatap bintang bintang di langit. Tak terasa ayam jantan berkokok tanda hari sudah pagi.

Mbok Milah yang baru terjaga menyadari kalau Jaka Tarub tidak ada di rumah. Begitu ia melihat keluar jendela, dilihatnya anak semata wayangnya sedang melamun. “Apa yang dilamunkan anakku itu”, pikir Mbok Milah. Ia menebak mungkin Jaka Tarub sedang memikirkan untuk segera berumah tangga. Usianya sudah lebih dari cukup. Teman teman sebayanyapun rata rata telah menikah. Pikirannya itu membuat Mbok Milah berniat untuk membantu Jaka Tarub menemukan istri.

Siang hari ketika Mbok Milah sedang berada di sawah, tiba tiba datang Pak Ranu pemilik sawah sebelah menghampirinya. “Mbok Milah, mengapa anakmu sampai saat ini belum menikah juga ?”, tanya Pak Ranu membuka percakapan. “Entahlah”, kata Mbok Milah sambil mengingat kejadian tadi pagi. “Ada apa kau menanyakan itu Pak Ranu ?”, tanya Mbok Milah. Ia sedikit heran kenapa Pak Ranu tertarik dengan kehidupan pribadi anaknya. “Tidak apa apa Mbok Milah. Aku bermaksud menjodohkan anakmu dengan anakku Laraswati”, jawab Pak Ranu.

Mbok Milah terkejut mendengar niat Pak Ranu yang baru saja diutarakan. Ia sangat senang. Laraswati adalah seorang gadis perparas cantik yang tutur katanya lemah lembut. Ia yakin kalau Jaka Tarub mau menjadikan Laraswati sebagai istrinya. Walaupun demikian Mbok Milah tidak ingin mendahului anaknya untuk mengambil keputusan. Biar bagaimanapun ia menyadari kalau Jaka Tarub sudah dewasa dan mempunyai keinginan sendiri. “Aku setuju Pak Ranu. Tapi sebaiknya kita bertanya dulu pada anak kita masing masing”, kata Mbok Milah bijak. Pak Ranu mengangguk angguk. Ia pikir apa yang dikatakan Mbok Milah benar adanya.

Hari berganti hari. Mbok Milah belum juga menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan rencana perjodohan Jaka Tarub dan Laraswati. Ia takut Jaka Tarub tersinggung. Mungkin juga Jaka Tarub telah memiliki calon istri yang belum dikenalkan padanya. Lama kelamaan Mbok Milah lupa akan niatnya semula.

Jaka Tarub adalah seorang pemuda yang sangat senang berburu. Ia juga seorang pemburu yang handal. Keahliannya itu diperolehnya dari mendiang ayahnya. Jaka Tarub seringkali diajak berburu oleh ayahnya sedari kecil. Pagi itu Jaka Tarub telah siap berburu ke hutan. Busur, panah, pisau dan pedang telah disiapkannya. Iapun pamit pada ibunya.

Mbok Milah terlihat biasa biasa saja melepaskan kepergian Jaka Tarub. Ia berharap anaknya itu akan membawa pulang seekor menjangan besar yang bisa mereka makan beberapa hari ke depan. Tak lama kemudian Mbok Milah masuk ke kamarnya. Ia bermaksud beristrihat sejenak sebelum berangkat ke sawah. Maklumlah, Mbok Milah sudah tua.

Tak memakan waktu lama di tengah hutan, Jaka tarub berhasil memanah seekor menjangan. Hatinya senang. Segera saja ia memanggul menjangan itu dan bermaksud segera pulang. Nasib sial rupanya datang menghampiri. Tengah asyik berjalan, tiba tiba muncul seekor macan tutul di hadapan Jaka Tarub. Macan itu mengambil ancang ancang untuk menyerang. Jaka tarub panik. Ia segera melepaskan menjangan yang dipanggulnya dan mencabut pedang dari pinggangnya. Sang macan bergerak sangat cepat. Ia segera menggigit menjangan itu dan membawanya pergi.

Jaka Tarub terduduk lemas. Bukan hanya kaget atas peristiwa yang baru dialaminya, iapun merasa heran. Baru kali ini nasibnya sesial ini. Hewan buruan sudah ditangan malah dimangsa binatang buas. “Pertanda apa ini ?”, pikirnya. Jaka Tarub segera menepis pikiran buruk yang melintas di benaknya. Setelah beristirahat sejenak, ia segera berjalan lagi.

Nasib sial belum mau meninggalkan Jaka tarub. Setelah berjalan dan menunggu beberapa kali, tak seekor hewan buruanpun yang melintas. Matahari makin meninggi. Jaka Tarub merasa lapar. Tak ada bekal yang dibawanya karena ia memang yakin tak akan selama ini berada di hutan. Akhirnya Jaka Tarub memutuskan untuk pulang walau dengan tangan hampa.

Ketika Jaka Tarub mulai memasuki desanya, ia heran melihat banyak orang yang berjalan tergesa gesa menuju ke arah yang sama. Bahkan ada beberapa orang yang berpapasan dengannya terlihat terkejut. Walaupun merasa heran Jaka Tarub enggan untuk bertanya. Rasa lapar yang menderanya membuat Jaka Tarub ingin cepat cepat sampai di rumah.

Jaka Tarub tertegun memandang rumahnya yang sudah nampak dari kejauhan. Banyak orang berkerumun di depan rumahnya. Bahkan orang orang yang tadi dilihatnya berjalan tergesa gesa ternyata menuju ke rumahnya juga. “Ada apa ya ?”, pikirnya. Jaka Tarub mulai tidak enak hati. Ia segera berlari menuju rumahnya.

“Ada apa ini ?”, tanya Jaka Tarub setengah berteriak. Orang orang terkejut dan menoleh kearahnya. Pak Ranu yang memang menunggu kedatangan Jaka Tarub sedari tadi langsung menghampiri dan menepuk nepuk bahu Jaka Tarub. “Sabar nak..”, katanya sambil membimbing Jaka Tarub memasuki rumah.

Mata Jaka Tarub langsung tertuju pada sesosok tubuh yang terbujur kaku diatas dipan di ruang tengah. Beberapa detik kemudian Jaka Tarub menyadari kalau ibunya telah meninggal. Jaka Tarub tak sanggup menahan air mata. Inilah bukti atas firasat buruk yang kurasakan sejak pagi, pikirnya.

Jaka Tarub tak sanggup berbuat apa apa. Ia hanya termenung memandang wajah Mbok Milah. Cerita Pak Ranu bahwa istrinya yang menemukan Mbok Milah telah meninggal dunia dalam tidurnya tadi pagi tak dihiraukannya. Ia merenungi nasibnya yang kini sebatang kara. Jaka Tarub juga menyesal belum memenuhi keinginan ibunya melihat ia berumah tangga dan menimang cucu. Tapi semua tinggal kenangan. Kini ibunya telah beristirahat dengan tenang.

Sepeninggal ibunya, Jaka Tarub mengisi hari harinya dengan berburu. Hampir setiap hari ia berburu ke hutan. Hasil buruannya selalu ia bagi bagikan ke tetangga. Hanya dengan berburu, Jaka Tarub bisa melupakan kesedihannya.

Seperti pagi itu, Jaka Tarub telah bersiap siap untuk berangkat berburu. Dengan santai ia berjalan menuju Hutan Wanawasa karena hari masih pagi. Ketika sampai di hutanpun Jaka tarub hanya menunggu hewan buruan lewat di depannya. Tak terasa hari sudah siang. Tak satupun hewan buruan yang didapat Jaka Tarub. Ia justru lebih banyak melamun.

Karena rasa haus yang baru dirasakannya, Jaka Tarub melangkahkan kakinya kea rah danau. Danau yang terletak di tengah Hutan Wanawasa itu dikenal masyarakat sebagai Danau Toyawening. Ketika hampir sampai di danau itu, Jaka Tarub menghentikan langkah kakinya. Telinganya menangkap suara gadis gadis yang sedang bersenda gurau. “Mungkin ini hanya hayalanku saja”, pikirnya heran.”Mana mungkin ada gadis gadis bermain main di tengah hutan belantara begini ?”.

Dengan mengendap endap Jaka Tarub melangkahkan kakinya lagi menuju Danau Toyawening. Suara tawa gadis gadis itu makin jelas terdengar. Jaka Tarub mengintip dari balik pohon besar kearah danau. Alangkah terkejutnya Jaka Tarub menyaksikan tujuh orang gadis cantik sedang mandi di Danau Toyawening. Jantungnya berdegub makin kencang.

Jaka Tarub memperhatikan satu satu gadis di danau itu. Semuanya berparas sangat cantik. Dari percakapan mereka, Jaka Tarub tahu kalau tujuh orang gadis itu adalah bidadari yang turun dari kayangan. “Apakah ini arti mimpiku waktu itu ?”, pikirnya senang.

Mata Jaka Tarub melihat tumpukan pakaian bidadari di atas sebuah batu besar di pinggir danau. Semua pakaian itu memiliki warna yang berbeda. “Jika aku mengambil salah satu pakaian bidadari ini, tentu yang punya tidak akan dapat kembali ke kayangan”, gumam Jaka Tarub. Wajahnya dihiasi senyum manakala membayangkan sang bidadari yang bajunya ia curi akan bersedia menjadi istrinya.

Dengan hati hati Jaka Tarub berjalan menghampiri tumpukan baju itu. Ia berjalan sangat perlahan. Jika para bidadari itu menyadari kehadirannya, tentu semua rencananya akan buyar. Jaka Tarub memilih baju berwarna merah. Setelah berhasil, Jaka Tarub buru buru menyelinap ke balik semak semak.

Tiba tiba seorang dari bidadari itu berkata “, Ayo kita pulang sekarang. Hari sudah sore”. “Ya benar. Sebaiknya kita pulang sekarang sebelum matahari terbenam”, tambah yang lain. Para bidadari itu keluar dari danau dan mengenakan pakaian mereka masing masing.

“Dimana bajuku ?”, teriak salah seorang bidadari. “Siapa yang mengambil bajuku ?”, tanyanya dengan suara bergetar menahan tangis. “Dimana kau taruh bajumu Nawangwulan ?”, tanya seorang bidadari kepadanya. “Disini. Sama dengan baju kalian..”, Nawangwulan menjawab sambil menangis. Ia terlihat sangat panik. Tanpa bajunya, mana mungkin ia bisa pulang ke Kayangan. Apalagi selendang yang dipakainya untuk terbang ikut raib juga.

Karena Nawangwulan tidak menemukan bajunya, ia segera masuk kembali ke Danau Toyawening. Teman temannya yang lain membantu mencari baju Nawangwulan. Usaha mereka sia sia karena baju Nawangwulan sudah dibawa pulang Jaka Tarub ke rumahnya.

Akhirnya seorang bidadari berkata “Nawangwulan, maafkan kami. Kami harus segera pulang ke kayangan dan meninggalkanmu disini. Hari sudah menjelang sore”. Nawangwulan tidak dapat berbuat apa apa. Ia hanya bisa mengangguk dan melambaikan tangan kepada keenam temannya yang terbang perlahan meninggalkan Danau Toyawening. “Mungkin memang nasibku untuk menjadi penghuni bumi”, pikir Nawangwulan sambil mencucurkan air mata.

Nawangwulan kelihatan putus asa. Tiba tiba tanpa sadar ia berucap “Barangsiapa yang bisa memberiku pakaian akan kujadikan saudara bila ia perempuan, tapi bila ia laki laki akan kujadikan suamiku”. Jaka Tarub yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Nawangwulan dari balik pohon tersenyum senang. “Akhirnya mimpiku menjadi kenyataan”, pikirnya.

Jaka Tarub keluar dari persembunyiannya dan berjalan kearah danau. Ia membawa baju mendiang ibunya yang diambilnya ketika pulang tadi. Jaka Tarub segera meletakkan baju yang dibawanya diatas sebuah batu besar seraya berkata “Aku Jaka Tarub. Aku membawakan pakaian yang kau butuhkan. Ambillah dan pakailah segera. Hari sudah hampir malam”.

Jaka Tarub meninggalkan Nawangwulan dan menunggu di balik pohon besar tempatnya bersembunyi. Tak lama kemudian Nawangwulan datang menemuinya. “Aku Nawangwulan. Aku bidadari dari kayangan yang tidak bisa kembali kesana karena bajuku hilang”, kata Nawangwulan memperkenalkan diri. Ia memenuhi kata kata yang diucapkannya tadi. Tanpa ragu Nawangwulan bersedia menerima Jaka Tarub sebagai suaminya.

 Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa rumah tangga Jaka Tarub dan Nawangwulan telah dikaruniai seorang putri yang diberi nama Nawangsih. Tak seorangpun penduduk desa yang mencurigai siapa sebenarnya Nawangwulan. Jaka Tarub mengakui istrinya itu sebagai gadis yang berasal dari sebuah desa yang jauh dari kampungnya.

Sejak menikah dengan Nawangwulan, Jaka Tarub merasa sangat bahagia. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya selama ini. Jaka Tarub merasa heran mengapa padi di lumbung mereka kelihatannya tidak berkurang walau dimasak setiap hari. Lama lama tumpukan padi itu semakin meninggi. Panen yang diperoleh secara teratur membuat lumbung mereka hampir tak muat lagi menampungnya.

Pada suatu pagi, Nawangwulan hendak mencuci ke sungai. Ia menitipkan Nawangsih pada Jaka Tarub. Nawangwulan juga mengingatkan suaminya itu untuk tidak membuka tutup kukusan nasi yang sedang dimasaknya.

Ketika sedang asyik bermain dengan Nawangsih yang saat itu berumur satu tahun, Jaka Tarub teringat akan nasi yang sedang dimasak istrinya. Karena terasa sudah lama, Jaka Tarub hendak melihat apakah nasi itu sudah matang. Tanpa sadar Jaka Tarub membuka kukusan nasi itu. Ia lupa akan pesan Nawangwulan.

Betapa terkejutnya Jaka Tarub demi melihat isi kukusan itu. Nawangwulan hanya memasak setangkai padi. Ia langsung teringat akan persediaan padi mereka yang semakin lama semakin banyak. Terjawab sudah pertanyaannya selama ini.

Nawangwulan yang rupanya telah sampai di rumah menatap marah kepada suaminya di pintu dapur. “Kenapa kau melanggar pesanku Mas ?”, tanyanya berang. Jaka Tarub tidak bisa menjawab. Ia hanya terdiam. “Hilanglah sudah kesaktianku untuk merubah setangkai padi menjadi sebakul nasi”, lanjut Nawangwulan. “Mulai sekarang aku harus menumbuk padi untuk kita masak. Karena itu Mas harus menyediakan lesung untukku”.

Jaka Tarub menyesali perbuatannya. Tapi apa mau dikata, semua sudah terlambat. Mulai hari itu Nawangwulan selalu menumbuk padi untuk dimasak. Mulailah terlihat persediaan padi mereka semakin lama semakin menipis. Bahkan sekarang padi itu sudah tinggal tersisa di dasar lumbung.

Seperti biasa pagi itu Nawangwulan ke lumbung yang terletak di halaman belakang untuk mengambil padi. Ketika sedang menarik batang batang padi yang tersisa sedikit itu, Nawangwulan merasa tangannya memegang sesuatu yang lembut. Karena penasaran, Nawangwulan terus menarik benda itu. Wajah Nawangwulan seketika pucat pasi menatap benda yang baru saja berhasil diraihnya. Baju bidadari dan selendangnya yang berwarna merah.. !!

Bermacam perasaan berkecamuk di hatinya. Nawangwulan merasa dirinya ditipu oleh Jaka Tarub yang sekarang telah menjadi suaminya. Ia sama sekali tidak menyangka ternyata orang yang tega mencuri bajunya adalah Jaka Tarub. Segera saja keinginan yang tidak pernah hilang dari hatinya menjadi begitu kuat. Nawangwulan ingin pulang ke asalnya, kayangan.

Sore hari ketika Jaka Tarub kembali ke rumahnya, ia tidak mendapati Nawangwulan dan anak mereka Nawangsih. Jaka Tarub mencari sambil berteriak memanggil Nawangwulan, yang dicari tak jua menjawab. Saat itu matahari sudah mulai tenggelam. Tiba tiba Jaka Tarub yang sedang berdiri di halaman rumah melihat sesuatu melayang menuju ke arahnya. Dia mengamatinya sesaat.

Jaka Tarub terpana. Beberapa saat kemudian ia mengenali ternyata yang dilihatnya adalah Nawangwulan yang menggendong Nawangsih. Nawangwulan terlihat sangat cantik dengan baju bidadari lengkap dengan selendangnya. Jaka Tarub merasa dirinya gemetar. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Nawangwulan berhasil menemukan kembali baju bidadarinya. Hal ini berarti rahasianya telah terbongkar.

“Kenapa kau tega melakukan ini padaku Jaka Tarub ?”, tanya Nawangwulan dengan nada sedih. “Maafkan aku Nawangwulan”, hanya itu kata kata yang sanggup diucapkan Jaka Tarub. Ia terlihat sangat menyesal. Nawangwulan dapat merasakan betapa Jaka Tarub tidak berdaya di hadapannya.

“Sekarang kau harus menanggung akibat perbuatanmu Jaka Tarub”, kata Nawangwulan. “Aku akan kembali ke kayangan karena sesungguhnya aku ini seorang bidadari. Tempatku bukan disini”, lanjutnya. Jaka Tarub tidak menjawab. Ia pasrah akan keputusan Nawangwulan.

“Kau harus mengasuh Nawangsih sendiri. Mulai saat ini kita bukan suami istri lagi”, kata Nawangwulan tegas. Ia menyerahkan Nawangsih ke pelukan Jaka Tarub. Anak kecil itu masih tertidur lelap. Ia tidak sadar bahwa sebentar lagi ibunya akan meninggalkan dirinya.

 “Betapapun salahmu padaku Jaka Tarub, Nawangsih tetaplah anakku. Jika ia ingin bertemu denganku suatu saat nanti, bakarlah batang padi, maka aku akan turun menemuinya”, tutur Nawangwulan sambil menatap wajah Nawangsihbakar”, lanjut Nawangwulan.

Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar. Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan. Tiada hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain merawat Nawangsih dengan baik seperti pesan Nawangwulan

 Sumber : http://dongeng1001cerita.blogspot.com/2013/09/jaka-tarub-dan-tujuh-bidadari-jawa.html

 Komentar : Menurut pendapat saya cerita Jaka Tarub ini dapat disimpulkan bahwa tentang seorang pemuda yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan gadis yang diincarnya dengan melakukan pencurian selendang agar gadis itu mau hidup bersamanya tetapi kebohongan dan pencurian yang ia lakukan mebuahkan hasil yang buruk di kemudian hari
 Tugas Ilmu Budaya Dasar
     Denvy Ramadi Putri
               12214716
                 1EA05

PUTRI THUMBELINA ( Hans Christian Andersen )

Pada jaman dahulu ka;a ada seorang wanita yang ingin memiliki seorang anak, tapi ia tidak tahu kemana untuk mendapatkannya. maka, suatu hari ia pergi ke rumah seorang penyihir dan berkata "aku mendambakan anak yang kecil mungil. dapatkah kau memberitahuku kemana aku mendapatkannya?" Oh, sekarang juga kita bisa memilikinya!" jawab si penyihir itu. "Ini, ambillah barleycorn ini. Dapat kukatakan padamu bahwa ini bukan jenis barleycorn yang ditaburkan seorang petani di sawahnya atau untuk memberi makan ayam-ayam jantan dan betina. Taruhlah ia dalam pot bunga dan kemudian kau akan tahu apa yang akan terjadi."


"Oh, terima kasih," kata si wanita dan memberikan dua belas sen kepada si penyihir, karena sebanyak itulah harga barleycorn itu. Kemudian ia pulang ke rumah dan menanamnya. Tak lama kemudian biji tersebut tumbuh sekuntum bunga yang besar dan indah yang kelihatan seperi bunga tulip, tapi kelopak-kelopaknya tertutup rapat sekali seolah-olah ia masih kuncup saja.
"Betapa indahnya bunga ini!" seru wanita itu, dan ia mencium kelopak-kelopak yang berwarna merah dan kuning tersebut. Saat ia mencium kelopak-kelopak tersebut bunga itu terbuka. Ia benar-benar bunga tulip, jenis yang biasa kita lihat, tapi di tengah-tengah bunga itu, pada kelopak-kelopaknya yang lembut dan seperti beludru, duduk seorang anak perempuan kecil mungil, yang lembut dan cantik. Besar tubuhnya tak lebih dari sebuah ibu jari, maka wanita tersebut dan suaminya menyebutnya Thumbelina.

Cangkang kenari yang dipelitur mengkilap berfungsi sebagai ayunan buat Thumbelina, kelopak-kelopak biru bunga violet sebagai kasurnya dan sebuah kelopak mawar sebagai selimutnya. Di sanalah ia tidur di malam hari, tapi di siang hari ia biasa bermain-main di atas meja. Di sini wanita itu menaruh sebuah mangkok, yang dikelilingi lingkaran bunga-bunga, tangkainya masuk dalam air, di mana mengambang sebuah kelopak tulip yang besar. Di kelopak inilah, Thumbelina duduk dan berlayar dari satu sisi mangkok ke sisi lainnya, mendayung dirinya sendiri dengan dua helai bulu kuda berwarna putih sebagai dayungnya. Sungguh pemandangan yang sangat menyenangkan. Ia juga menyanyi, dengan suaranya yang lebih lembut dan manis daripada yang pernah terdengar sebelumnya.
Suatu malam, ketika ia sedang berbaring di tempat tidurnya yang cantik, seekor Kodok tua merangkak masuk lewat sebuah kaca jendela yang pecah. Ia kelihatan sangat jelek dan wagu, dan ia melompat ke atas meja di mana Thumbelina terbaring tidur di bawah selimut kelopak mawar merah.
"Ia akan menjadi seorang isteri yang cantik bagi anakku," kata si Kodok. Setelah membawa cangkang kenari dengan Thumbelina di dalamnya, si Kodok melompat keluar dengan membawa cangkang tersebut melalui jendela menuju kebun.
Di sini mengalir sebuah sungai yang besar dan lebar, dengan tanggul-tanggul yang licin dan bersemak-semak, di mana si Kodok hidup bersama anak laki-lakinya. Huh, betapa wagu dan jeleknya ia, persis seperti ibunya!
"Kroak, kroak, kroak!" itulah semua yang dapat ia katakan begitu melihat gadis kecil yang cantik tidur dalam cangkang kenari tersebut.
"Jangan berbicara terlalu keras, itu bisa membangunkannya," kata si Kodok tua. "Ia bisa meloloskan diri dari kita sekarang juga. Tubuhnya seringan bulu. Kita harus menempatkannya pada sebuah daun lili yang luas di sungai itu. Ia begitu kecil dan ringan sehingga daun itu akan seperti sebuah pulau baginya. Di sana ia tak akan bisa melarikan diri dari kita, sementara kita akan mempersiapkan ruang tamu di bawah semak-semak di mana ia akan tinggal."
Tumbuh di sungai itu banyak sekali bunga lili air dengan daun-daunnya yang luas dan berwarna hijau yang kelihatan seolah-olah sedang mengambang di atas air. Daun yang paling jauh adalah daun yang terbesar, dan menujuk daun yang terbesar inilah si Kodok berenang dengan Thumbelina dalam cangkang kenarinya.
Thumbelina yang mungil itu bangun sangat awal di pagi hari, dan begitu melihat di mana ia berada ia mulai menangis keras sekali. Pada setiap tepi daun lili adalah air dan ia tidak dapat kembali ke darat.
Si Kodok tua ada di bawah semak-semak, sedang menghias kamarnya dengan berbagai kercut dan kelopak-kelopak marigold berwarna kuning untuk membuatnya meriah bagi menantu perempuan barunya. Setelah selesai ia berenang keluar dengan anak laki-lakinya yang bertampang jelek menuju ke daun di mana Thumbelina berada. Ia ingin mengambil ayunan yang cantik ke kamar sebelum Thumbelina sendiri pergi ke sana. Si Kodok tua membungkuk rendah dalam air di depannya, dan berkata, "Inilah puteraku. Kau akan menikah dengannya dan kalian berdua akan hidup dalam kemewahan di bawah semak-semak itu."
"Kroak, kroak, kroak!" itulah semua yang dapat diucapkan anak kodok tersebut. Kemudian mereka mengambil dan membawa ayunan kecil yang rapi tersebut dan berenang pergi. Thumbelina duduk sendirian di atas daun hijau yang besar itu dan menangis, karena ia tak ingin hidup bersama si Kodok atau menikah dengan anak laki-lakinya yang jelek itu.
Ikan-ikan kecil yang bereneng-renang di bawah air telah melihat si Kodok dengan sangat jelasnya dan mendengar apa yang ia katakan. Mereka menaikkan kepala mereka di atas air untuk melihat si Thumbelina dan berpendapat bahwa ia begitu cantik maka mereka merasa tak rela bila ia akan hidup bersama si Kodok yang jelek itu. Tidak, ini tidak boleh terjadi, itulah keputusan mereka. Maka mereka berkumpul dalam air di sekitar tangkai hijau yang menopang daun di mana anak perempuan yang kecil mungil itu sedang duduk dan menggigit tangkai itu menjadi dua. Daun itu mengambang pergi mengikuti arus sungai, dengan membawa Thumbelina jauh hingga tak dapat dijangkau si Kodok.
Ia terus berlayar melewati beberapa negara, dan burung-burung yang duduk di semak-semak melihatnya dan menyanyi, "Betapa cantiknya gadis itu!" Daun itu terus mengambang pergi semakin jauh. Dengan demikian Thumbelina meninggalkan tanah kelahirannya sendiri.
Seekor Kupu-kupu putih kecil nan cantik berkedik-kedip di atasnya dan akhirnya hinggap pada daun itu. Thumbelina mempersilahkannya dan ia juga juga merasa senang. Sekarang si Kodok tidak dapat menjangkaunya, dan segala sesuatu begitu indah ke mana saja ia berlayar. Matahari bersinar di atas air dan membuatnya berkeliauan seperti perak yang paling cemerlang. Ia melepaskan pita pinggangnya dan mengikatkan salah satu ujungnya pada tubuh si Kupu-kupu; ujung lainnya ia ikatankan pada daun itu, sehingga si Kupu-kupu meluncur bersama si Thumbelina lebih cepat daripada sebelumnya.
Segera setelah itu, seekor kumbang besar datang terbang melintas. Ia melihat Thumbelina dan dalam waktu singkat telah mencekeramkan kaki-kakinya di sekitar pinggangnya yang ramping dan terbang pergi bersamanya ke sebuah pohon. Si daun hijau terus mengambang pergi bersama dengan si Kupu-kupu, karena Thumbelina telah mengikatnya pada daun itu dan tidak bisa melepaskan ikatan itu. Betapa takutnya si Thumbelina ketika si Kumbang terbang bersamanya ke pohon itu! Dan khususnya ia sangat sedih mengingat si Kupu-kupu putih nan indah itu karena ia telah mengikatnya pada daun itu. Jika ia tidak bisa lepas ia bisa mati karena kelaparan.
Tapi si Kumbang tidak merasa harus memperdulikan nasib si Kupu-kupu. Ia duduk bersama Thumbelina pada sebuah daun besar berwarna hijau, memberinya madu yang berasal dari bunga-bunga untuk dimakan dan mengatakan kepadanya bahwa ia sangat cantik, meskipun ia sama sekali tidak tidak seperti seekor kumbang. Kemudian, semua kumbang lainnya yang hidup di pohon yang sama datang berkunjung. Mereka meneliti Thumbelina dengan teliti, dan berkata, "Mengapa, ia hanya memiliki dua buah kaki! Betapa menjijikkan!"
"Ia tidak punya tanduk perasa!" teriak kumbang lainnya.
"Betapa jeleknya ia!" kata semua kumbang betina -- meskipun sesungguhnya Thumbelina sangat cantik.
Si Kumbang yang telah mencurinya sangat tahu hal ini. Tapi ketika ia mendengar semua kumbang betina berkata bahwa Thumbelina jelek, ia juga mulai berpikir demikian dan memutuskan untuk tidak menahannya. Ia dapat pergi ke mana saja ia suka. Maka ia terbang turun bersamanya dan meletakkannya di atas sebuah bunga aster. Di sana ia duduk dan menangis, dengan mengira bahwa dirinya pasti bertampang jelek, karena si Kumbang tidak melakukan apa-apa dengannya. Namun ia adalah makhluk paling cantik yang tak dapat dibayangkan, begitu lembut dan halus, seperti kelopak mawar yang paling indah.
Selama musim panas penuh si Thumbelina yang malang hidup sendirian di hutan yang lebat. Ia menganyam sebuah tempat tidur bagi dirinya sendiri terbuat dari daun-daun rumput dan menggantungnya ke atas di bawah sebuah daun semanggi sehingga ia terlindung dari hujan. Ia mengumpulkan madu dari bunga-bunga untuk manakan dan minum embun pada daun-daun setiap pagi. Demikianlah musim panas dan musim gugur berlalu. Tapi kemudian datanglah musim dingin -- musim dingin yang panjang dan sangat dingin. Semua burung yang menyanyi begitu merdu tentang dirinya telah terbang jauh. Daun-daun telah berguguran dari pohonnya, dan bunga-bunga mati semuanya. Daun semanggi yang besar di bawahnya ia tinggal telah melekuk dan tak ada yang tersisa kecuali tangkainya yang layu. Ia sangat kedinginan, karena pakaiannya telah rusak dan dirinya sendiri begitu kecil dan kurus. Si Thumbelina yang malang pasti akan mati membeku dengan segera. Salju mulai turun, dan setiap kepingan salju yang menimpa padanya seperti satu sekop penuh, karena ia hanya setinggi satu inci. Ia membungkus dirinya dengan sebuah daun kering, tapi karena daun itu robek tengahnya, ia tak merasa hangat sama sekali. Ia menggigil kedinginan.
Sekarang, tepat di luar hutan di mana ia hidup terhampar sebidang sawah yang luas. Padinya telah dipanen lama sebelumnya. Yang tertinggal hanyalah tunggul jerami kering dan gundul yang berdiri di tanah yang beku. Ini menjadikan sebuah hutan baginya untuk berkeliaran di dalamnya. Tiba-tiba ia bertemu pintu seekor Tikus Sawah, yang mempunyai sebuah lubang kecil di bawah sebuah bukit kecil. Di sana si Tikus hidup dengan hangat dan nyaman, dengan sebuah ruang gudang penuh dengan butir-butiran padi, sebuah dapur dan kamar makan yang mewah. Thumbelina kecil yang malang itu naik ke pintu itu dan memohon sepotong kecil gandum, karena ia sudah dua hari tidak makan sama sekali.
"Makhluk kecil yang malang!" kata si Tikus Sawah, karena ia seekor tikus tua yang baik hati. "Masuklah kedalam kamarku yang hangat dan makan bersamaku." Karena Thumbelina menyenangkan hatinya, ia berkata, "Menurutku sebaiknya kau bisa tinggal di sini selama musim dingin bersamaku. Kau harus menjaga kamarku tetap bersih dan rapi dan mengatakan kepadaku berbagai cerita, karena aku sangat menyukainya." Dan Thumbelina melakukan semua yang diminta si Tikus Sawah dan juga mengerjakannya dengan sangat baik.
"Aku sedang mengharapkan seseorang yang akan berkunjung ke sini malam ini," kata si Tikus Sawah. "Tetanggaku datang menjengukku sekali seminggu. Ia berada dalam lingkungan-lingkungan yang lebih baik daripada aku, memiliki kamar-kamar yang besar dan mengenakan jaket beludru hitam yang baik. Jika saja kau bisa menikah dengannya, kau akan hidup sejahtera, meskipun ia buta. Kau harus menceritakan kepada semua cerita yang terbagus yang kau ketahui."
Tapi Thumbelina tidak memusingkan kepalanya dengan memikirkan tentangnya, karena ia hanyalah seekor tikus Mondok. Ia datang berkunjung mengenakan jaket beludru hitamnya.
"Ia begitu kaya dan pandai," kata si Tikus Sawah kepadanya. "Rumahnya duapuluh kali lebih besar daripada rumahku. Ia mempunyai pengetahuan yang luas, tapi tidak tahan terhadap matahari dan bunga-bunga yang cantik dan selalu tidak suka membicarakan matahari dan bunga, karena ia belum pernah melihatnya."
Thumbelina harus menyanyi untuknya, maka ia menyanyi "Burung betina, burung betina, terbanglah pulang!" dan lagu-lagu lainnya dengan begitu merdu sehingga si Tikus Mondok jatuh cinta kepadanya. Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia adalah tikus yang sangat berhati-hati. Sesaat sebelumnya, ia telah menggali lorong panjang di bawah tanah dari rumahnya sendiri ke rumah tetangganya. Ia mengijinkan si Tikus Sawah dan Thumbelina untuk berjalan dalam lorong ini sesering mereka suka, tapi memohon mereka untuk tidak takut terhadap Burung yang mati yang tergeletak di lorong tersebut. Ini adalah burung sungguhan dengan paruh dan bulu-bulu dan pasti telah mati waktu yang lama. Sekarang ia terkubur persis di mana si Tikus Mondok membuat lorongnya.
Satu hari si Tikus Mondok itu mengajak Thumbelina dan si Tikus Sawah memasuki lorong itu. Ia mengambil sepotong kayu di mulutnya, karena kayu itu menyala dalam kegelapan, dan pergi di depan mereka, menerangi jalannya melalui lorong gelap yang panjang. Ketika mereka sampai ke tempat di mana tergeletak si Burung yang mati, si Tikus Mondok menempelkan hidungnya yang besar pada langit-langit dan mendorong sebuah lobang ke atas hingga tembus sehingga sinar matahari dapat masuk kedalam. Di tengah-tengah jalan itu tergeletak seekor Burung layang-layang yang mati, kedua sayapnya yang cantik tertekan rapat ke kedua sisi tubuhnya, cakarnya dan kepalanya tertarik di bawah bulu-bulunya; si Burung yang malang itu pasti telah mati karena kedinginan.
Thumbelina sangat sedih, karena ia sangat senang dengan semua burung kecil. Burung-burung kecil itu menyanyi dan berkicau begitu indah baginya sepanjang musim panas. Tapi si Tikus Mondok menendang Burung itu dengan kaki-kakinya yang bengkok dan berkata, "Sekarang ia tak bisa nyanyi lagi! Pasti mengenaskan menjadi seekor burung kecil! Aku sangat bersyukur bahwa anak-anakku tidak ada yang menjadi burung kecil. Burung-burung selalu kelaparan di musim dingin."
"Ya, kau berbicara seperti orang yang bijaksana," kata si Tikus Sawah. "Apa yang dimiliki seekor burung, kecuali hanya bisa menyanyi, di waktu musim semi? Ia hanya bisa kelaparan dan membeku, dan harus kukatakan bahwa itu pasti sangat tak menyenangkan baginya!"
Thumbelina tidak berkata apa-apa. Begitu kedua ekor tikus itu berlalu, ia membungkuk ke Burung itu, merapikan bulu-bulunya dari kepalanya dan mencium kedua matanya yang tertutup dengan lembut. "Mungkin ia bersi menyanyi untukku di musim panas," katanya. "Betapa senangnya ia menyanyi untukku, hai si Burung kecil!"
Si Tikus Mondok menutup lobang yang bisa dilewati sinar dan kemudian mengantarkan kedua wanita itu pulang. Tapi Thumbelina tidak bisa tidur malam itu. Ia bangun dari tempat tidur dan menenun selimut besar dari jerami dan membawanya pergi dan menutupkannya pada Burung yang mati itu. Ia menumpukkannya menghadap ke bawah selembut wool katun, yang ia temukan di kamar Tikus Sawah tersebut, sehingga si burung kecil yang malang tersebut harus terbaring terkubur dengan hangat.
"Selamat jalan, Burung kecil yang cantik!" katanya. "Selamat berpisah, dan terima kasih karena lagu-lagumu yang merdu di musim panas, ketika pepohonan tumbuh hijau dan matahari bersinar hangat pada tubuh kita!" Kemudian ia meletakkan kepalanya pada dada Burung itu. Tapi si Burung tidak mati. Ia telah beku, tapi sekarang ia telah menghangatkan tubuhnya, ia mulai hidup lagi.
Pada musim gugur burung-burung layang-layang terbang pergi ke daratan-daratan asing. Tapi ada sebagian dari mereka yang terlambat berangkat dan kemudian menjadi kedinginan sehingga mereka jatuh seolah-olah mereka mati, dan salju turun dan menutupi mereka.
Thumbelina menggigil, ia begitu takut. Burung itu sangat besar baginya, karena tubuhnya sendiri hanya setinggi satu inci. Tapi ia memberanikan diri, menumpuk bulu burung lebih dekat di sekitar si Burung layang-layang yang malang itu, mengambil selimut kecilnya sendiri dan meletakkannya di atas kepalanya.
Malam berikutnya ia merangkak keluar ke tempat Burung itu. Di sana ia berada, hidup tapi sangat lemah. Ia hanya bisa membuka kedua matanya selama sesaat dan memandang Thumbelina, yang sedang berdiri di depannya dengan sepotong kayu kawul di tangannya, karena ia tidak punya obor lainnya.
"Terima kasih, anak kecil yang manis!" kata si Burung layang-layang kepadanya. "Aku benar-benar merasa hangat. Aku akan segera kuat lagi dan akan bisa terbang keluar sekali lagi kedalam sinar matahari yang hangat."
"Oh," katanya, "di luar masih sangat dingin. Sekarang sedang bersalju dan membeku!" Tetaplah di ranjangmu yang hangat. Aku akan merawatmu!"
Kemudian ia membawakan air dalam sebuah kelopak bunga untuknya, yang ia minum. Burung layang-layang itu mengatakan kepadanya bagaimana salah satu sayapnya telah patah karena sebuah bramble sehingga ia tidak dapat terbang bersama-sama dengan burung-burung layang-lalainnyanya, yang telah terbang jauh ke daratan-daratan yang lebih hangat. Akhirnya ia jatuh karena kelelahan, dan kemudian ia tidak ingat apa-apa lagi. Selama musim dingin itu ia tetap berada di bawah sana, dan Thumbelina merawatanya dan mengobatinya dengan telaten. Ia tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini kepada si Tikus Sawah maupun si Tikus Mondok, karena mereka tidak senang dengan Burung layang-layang yang malang itu.
Begitu musim semi tiba, mata hari menghangatkan bumi lagi, si Burung layang-layang itu mengucapkan salam perpisahan kepada Thumbelina, yang membukan lobang baginya di atas yang telah di buat oleh si Tikus Mondok. Matahari bersinar dengan terangnya ke atas dirinya, dan si Burung layang-layang bertanya kepada Thumbelina apakah ia mau pergi dengannya. "Tidak, aku tak boleh pergi!" kata Thumbelina.
"Selamat jalan, gadis kecil yang baik hati," kata si Burung layang-layang, dan terbang pergi menerobos sinar matahari. Thumbelina memandangnya dengan berlinangan air mata, karena is sangat senang dengan si Burung layang-layang.
"Tweet, tweet!" Burung itu menyanyi, dan terbang kedalam hutan yang hijau. Thumbelina sangat sedih. Ia tak diijinkan keluar meinkmati hangatnya sinar matahari. Biji-bijian yang disebar di sawah di atas rumah si Tikus Sawah telah tumbuh tinggi di udara dan membuat hutan yang lebat bagi gadis kecil yang malang itu, yang hanya setinggi satu inci.
"Kau akan segera menjadi pengantin, Thumbelina," kata si Tikus Sawah suatu hari, "karena tetangga kita mengatakan bahwa ia ingin menikahimu. Betapa mujurnya seorang gadis kecil yang malang sepertimu! Sekarang kay harus mulai bekerja membuat pakaian pengantinmu sendiri, karena tak ada yang boleh kurang jika kau harus menjadi isteri tetanggaku, si Tikus Mondok itu!"
Thumbelina harus menjahit sepanjang hari, dan setiap petang si Tikus Mondok mengunjunginya dan mengatakan kepadanya bahwa bila musim panas usai matahari tak akan bersinar begitu panas. Sekarang ia membakar bumi sekeras sebuah batu. Nah, musim panas telah lewat, mereka akan mengadakan pernikahan.
Tapi ia sama sekali tidak merasa bahagia terhadap pernikahan ini, karena ia tidak senang terhadap si Tikus Mondok yang pandir itu. Setiap pagi begitu matahari terbit, dan setiap petang bila matahari terbenam, ia mencuri-curi untuk keluar dari pintu rumah, dan bila angin sepoi-sepoi memisahkan tunggak-tunggak jerami sehingga ia dapat melihat langit yang cerah lewat tunggak-tunggak tersebut, ia berpikir betapa terang dan cerahnya keadaan di luar dan sangat ingin melihat Burung layang-layangnya yang ia sayangi lagi. Tapi ia tak pernah datang. Pasti ia telah terbang jauh kedalam hutan hijau yang lebat.
Menjelang musim gugur Thumbelina telah merampungkan seluruh pakaian pengantinnya.
"Dalam empat minggu kau akan menikah," kata si Tikus Sawah, tapi Thumbelina menangis dan menyatakan bahwa ia tidak akan menikah dengan si Tikus Mondok yang jelek rupa itu.
"Jangan keras kepala, atau aku akan menggigitmu dengan gigiku yang putih dan tajam ini! Kau akan memperoleh seorang suami yang baik. Raja sendiri tidak memiliki jaket beludru semacam ini. Kamar gudang dan gudang bawah tanah penuh, dan kau akan senang karenanya."
Tibalah hari pernikahan itu. Si Tikus Mondok telah datang menjemput Thumbelina untuk hidup bersamanya dalam di bawah tanah, tidak pernah keluar ke sinar matahari yang hangat lagi, karena keluar menikmati sinar matahari yang hangat adalah apa yang tidak disukai si Tikus Mondok. Gadis kecil yang malang itu sangat sedih, karena sekarang ia harus mengucapkan selamat berpisah dengan matahari yang indah.
"Selamat tinggal, matahari yang cemerlang!" katanya sambil menangis, dengan merentangkan kedua tangannya kepadanya dan melangkah lagi keluar rumah. Sekarang padi itu telah dipanen dan hanya tinggal tunggak yang masih berdiri. "Selamat berpisah, selamat berpisah!" katanya, dan memelukkan kedua tangannya pada bunga merah yang tumbuh di sana. "Sampaikan salam sayangku pada si Burung layang-layang bila kau melihatnya!"
"Tweet, tweet!" seketika itu juga terdengar suara si Burung layang-layang di telinganya. Itu si Burung layang-layang terbang melintas! Ia merasa sangat senang begitu melihat Thumbelina. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia harus hidup menikah dengan Tikus Mondok yang jelek, karena ia harus hidup di bawah tanah di mana tidak pernah ada sinar matahari, dan selagi ia mengatakan kesedihannya ia tak kuasa menahan tangisnya.
"Sekarang musim dingin yang dingin sudah mulai tiba," kata si Burung layang-layang. "Aku harus terbang jauh ke daratan-daratan yang lebih hangat. Maukah kau pergi denganku? Kau bisa duduk di punggungku, dan kita akan terbang jauh dari si Tikus Mondok yang jelek itu dan rumahnya yang gelap, ke atas gunung-gunung ke negara-negara yang hangat. Di sana sinar matahari lebih terang daripada di sini. Di sana selalu ada musim panas dan bunga-bunga yang yang indah selalu mekar. Ikutlah aku, Thumbelina kecil sayang, yang telah menyelamatkan jiwaku ketika aku terbujur beku di terowongan yang gelap itu!"
"Ya, aku akan pergi bersamamu," kata si Thumbelina, dan memanjat di atas punggung si Burung layang-layang, dengan kaki-kakinya pada salah satu sayapnya yang terkembang. Tinggi di atas udara ia terbang, di atas hutan-hutan dan laut-laut, di atas gunung-gunung yang tinggi yang selalu tertutup dengan salju. Ketika ia merasa dingin ia merangkak di bawah bulu-bulunya yang hangat, hanya menampakkan sedikit kepalanya untuk mengagumi semua benda yang indah di dunia di bawahnya. Akhirnya mereka sampai pada daratan-daratan yang hangat. Di sana matahari lebih terang, langit kelihatan tinggi dua kali lipat, dan di pagar-pagar tanaman menggantung buah-buah anggur hijau dan ungu yang paling enak. Di kebun buah-buahan tumbuh jeruk dan lemon. Udaranya wangi dengan bau myrtle dan mint dan anak-anak kecil yang manis-manis berlari-larian dan bermain di jalan-jalan dengan kupu-kupu besar yang indah. Tapi si Burung layang-layang terus terbang lebih jauh, dan negara itu semakin indah. Di bawah pohon-pohonan hijau yang paling rindang di sisi sebuah danau nan biru berdiri sebuah benteng marmer putih yang berkilau-kilauan. Tanam-tanaman anggur merambat dari pilar-pilar dan di bagian atasnya terdapat banyak sarang burung layang-layang. Di salah satu sarang inilah tinggal si Burung layang-layang yang sedang membawa Thumbelina.
"Inilah rumahku!" katanya. "Tapi ini tidak cocok denganmu untuk tinggal bersamaku. Aku tidak cukup rapi untuk membuatmu senang. Carilah sebuah rumah untuk dirimu sendiri dalam salah satu bunga yang paling indah yang tumbuh di bawah sana. Sekarang aku akan menurunkanmu dan kau bisa melakukan apa saja yang kau suka."
"Itu akan baik sekali!" katanya, sambil bertepuk tangan. Di sana tergeletak sebuah tiang marmer putih besar yang telah jatuh ke tanah dan pecah menjadi tiga potong, tapi antara potongan-potongan ini tumbuh bunga-bunga putih yang paling indah. Si Burung layang-layang terbang turun bersama Thumbelina dan menurunkannya di atas salah satu daun yang lebar. Di sana, herannya, ia menemukan seorang laki-laki kecil mungil yang duduk di tengah-tengah bunga itu, seputih dan sebening seolah-olah ia terbuat dari kaca. Ia mengenakan mahkota keemasan yang paling indah di kepalanya dan sayap-sayap paliing indah pada kedua bahunya. Ia sendiri tidak lebih besar daripada Thumbelina. Ia adalah the spirit of flowers. Dalam masing-masing kuntum hidup seorang pria atau wanita yang mungil. Tapi ia adalah Rajanya.
"Betapa tampannya ia!" bisik Thumbelina kepada si Burung layang-layang.
 Si Raja kecil sangat ketakutan dengan si Burung Layang-layang, karena bila dibandingkan dengan tubuhnya yang hanya sekecil itu Burung layang-layang itu bagaikan seeorang raksasa. Tapi begitu melihat Thumbelina, ia sangat senang, karena ia adalah seorang gadis yang tercantik yang pernah ia lihat. Ia melepaskan mahkotanya dari kepalanya dan mengenakannya di kepala Thumbelina, sambil bertanya kepadanya apakah ia mau menjadi isterinya, dan ia akan menjadi Ratu semua bunga. Memang, ia adalah seorang suami yang berbeda dari anak laki-laki si Kodok dan si Tikus Mondok dengan jaket beludru hitamnya. Maka ia menjawab "Ya" kepada si Raja itu. Dan dari masing-masing bunga keluarlah seorang wanita atau seorang pria, begitu mungil dan manis yang merupakan kesenangan tersendiri untuk melihat mereka. Setiap orang membawa hadiah buat Thumbelina, tapi yang paling indah dari hadiah-hadiah itu adalah sepasang sayap yang indah yang mereka pasang pada punggungnya, dan sekarang ia juga dapat terbang dari satu bunga ke bunga lainnya. Mereka mengharapkan ia bahagia, dan si Burung layang-layang duduk di atas sarangnya dan menyanyikan mars pernikahan sebaik mungkin. Tapi ia merasa sedih, karena ia sangat senang dengan Thumbelina dan ia tidak ingin berpisah darinya.
"Kau tak akan dipanggil Thumbelina!" kata the spirit of the flowers. "Itu nama yang jelek, dan kau jauh lebih cantik. Kami akan memanggilmu May Blossom."
"Selamat berpisah, selamat berpisah!" kata si Burung layang-layang kecil dengan hati yang berat, dan ia terbang pergi ke daratan-daratan yang lebih jauh, jauh, jauh sekali, ke negara Denmark. Di sana ia mempunyai sebuah sarang kecil di atas jendela seseorang yang menceritakan cerita-cerita peri yang manis semacam ini. "Tweet, tweet!" ia menyanyi kepada orang itu. Dan itulah cara kita belajar keseluruhan cerita itu.


Sumber :  http://dongeng1001cerita.blogspot.com/2012/12/putri-thumbelina.html

Komentar : Menurut pendapat saya cerita karangan Hans Christian Andersen ini adalah cerita yang sangat menarik tentang perjalanan seorang gadis atau disebut juga sebagai peri kecil yang mencari jadi dirinya dengan cobaan dan rintangan yang dia teria secara terus menerus dia dapat menemukan jalan keluarnya.